Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Keberkahan itu bersama para sesepuh di antara kalian.” Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim, namun ia memiliki cacat (kelemahan).
Hadis ini menjelaskan bahwa keberkahan itu bersama orang-orang yang lebih tua (sesepuh). Makna ini telah tetap (diakui) dalam syariat, meskipun riwayatnya lemah. Banyak riwayat yang mendukung makna ini dari para sahabat.
Diriwayatkan dari Umar bin Khattab dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengenai makna ini:
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama ilmu datang kepada mereka dari para sesepuh mereka.”
Yang dimaksud dengan “ilmu” di sini adalah seluruh ajaran agama.
Maka keberkahan akan senantiasa ada di tengah manusia, selama mereka mengambil urusan agama mereka dari para sesepuhnya. Keberkahan yang disebutkan dalam hadis Ibnu Abbas itu adalah kebaikan yang datang dalam atsar-atsar yang diriwayatkan dari para sahabat radhiyallahu ‘anhum, karena hakikat keberkahan adalah melimpahnya kebaikan dan keberlanjutannya. Karena hakikat keberkahan adalah melimpahnya kebaikan dan keberlanjutannya.
Dalam hadis ini disebutkan bahwa keberkahan ada bersama para sesepuh. Dan ini merupakan makna yang telah tetap dalam dalil-dalil syariat. Yang dimaksud dengan para sesepuh adalah mereka yang memiliki dua sifat utama:
Sifat pertama: lebih dahulu dalam usia (lebih tua). Sifat pertama adalah lebih dahulu dalam usia (lebih tua).
Sifat kedua: benarnya agama dan ilmunya. Sifat kedua adalah benarnya agama dan ilmunya.
Jika dua sifat ini terhimpun dalam seseorang maka keberkahannya akan sempurna. Jika seseorang dari kaum muslimin lebih dahulu dalam usia, sehingga ia tergolong orang yang lebih tua, lalu ia juga punya pemahaman agama yang sahih, lurus, dan istiqamah di atas kebenaran dan sunah, serta luas ilmunya, maka ada harapan besar bahwa ia termasuk orang yang diliputi keberkahan.
Lalu keberkahan akan berkurang sesuai kadar berkurangnya sifat tersebut yang ada pada seseorang. Berkurangnya keberkahan karena kurangnya usia seseorang sangat mungkin terjadi. Namun yang lebih parah dari itu adalah berkurangnya keberkahan seiring dengan berkurangnya tanda-tanda lurusnya agama dan lemahnya komitmen terhadap kebenaran.
Maka siapa yang menginginkan banyak keberkahan, hendaknya ia senantiasa bersama para sesepuh yang memiliki dua sifat tersebut.
Adapun mengambil manfaat dari selain mereka tetap diperbolehkan, dan inilah yang diamalkan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Sebagian sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya Abdurrahman bin Auf, mempelajari Al-Qur’an dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu. Padahal Ibnu Abbas jauh lebih muda dari mereka, termasuk lebih muda dari Abdurrahman bin Auf. Maka hal ini boleh saja. Namun prinsip utama dalam Islam adalah: mengagungkan para salaf (pendahulu) dan orang-orang tua (sesepuh), berdasarkan alasan yang telah kami sebutkan, yaitu karena terdapat keberkahan padanya.
====
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ وَلَهُ عِلَّةٌ
وَفِي الْحَدِيثِ بَيَانُ أَنَّ الْبَرَكَةَ مَعَ الْأَكَابِرِ وَهَذَا الْمَعْنَى مُتَقَرِّرٌ فِي الشَّرْعِ وَإِنْ ضَعُفَتْ فِيْهِ الرِّوَايَةُ فَالْمَأْثُوْرُ فِي ذَلِكَ عَنِ الصَّحَابَةِ كَثِيرٌ
فَيُرْوَى فِي هَذَا الْمَعْنَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّهُ لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا أَتَاهُمْ الْعِلْمُ مِنْ أَكَابِرِهِمْ
وَمُرَادُهُمْ بِالْعِلْمِ الدِّينُ كُلُّهُ
فَلَا تَزَالُ الْبَرَكَةُ فِي النَّاسِ بَاقِيَةً مَا صَدَرُوا فِي دِينِهِمْ عَنْ أَكَابِرِهِم وَالْبَرَكَةُ الْمَذْكُورَةُ فِي حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ هِيَ الْخَيْرُ الَّذِي جَاءَ فِي الْآثَارِ الْمَرْوِيَّةِ عَنِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ لِأَنَّ أَصْلَ الْبَرَكَةِ هِيَ كَثْرَةُ الْخَيْرِ وَدَوَامُهُ لِأَنَّ أَصْلَ الْبَرَكَةِ هِيَ كَثْرَةُ الْخَيْرِ وَدَوَامُهُ
فَفِي الْحَدِيثِ أَنَّ الْبَرَكَةَ مَعَ الْأَكَابِرِ وَهُوَ مَعْنًى مُتَقَرِّرٌ فِي دَلَائِلِ الشَّرْعِ وَالْمُرَادُ بِالْأَكَابِرِ الْجَامِعُوْنَ وَصْفَيْنِ
أَحَدُهُمَا التَّقَدُّمُ فِي السِّنِّ أَحَدُهُمَا التَّقَدُّمُ فِي السِّنِّ
وَالْآخَرُ صِحَّةُ الدِّيَانَةِ وَالْعِلْمِ وَالْآخَرُ صِحَّةُ الدِّيَانَةِ وَالْعِلْمِ
فَإِذَا جُمِعَ هَذَانِ الْمَعْنَيَانِ كَمُلَتِ الْبَرَكَةُ فَإِذَا كَانَ أَحَدٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ مَوْصُوفًا بِتَقَدُّمِهِ فِي السِّنِّ بِكَوْنِهِ كَبِيرًا فِيهِ مَعَ صِحَّةِ دِيَانَتِهِ وَسَلَامَتِهِ وَلُزُومِهِ الْحَقَّ وَالسُّنَّةَ وَاتِّسَاعِهِ فِي الْعِلْمِ كَانَ هَذَا مِنْ أَعْظَمِ مَا يُرْجَى مِنَ الْبَرَكَةِ مَعَهُ
وَيَحْصُلُ النَّقْصُ لِغَيْرِهِ بِقَدْرِ مَا يَحْصُلُ مِنَ الْوَصْفِ فَالنَّقْصُ لِلْبَرَكَةِ مَعَ السِّنِّ وَاقِعٌ وَأَشَدُّ مِنْهُ نَقْصُ الْبَرَكَةِ مَعَ زَوَالِ اسْمِ صِحَّةِ الدِّيَانَةِ وَمُلَازَمَةِ الْحَقِّ
فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يَسْتَكْثِرَ مِنَ الْبَرَكَةِ فَإِنَّهُ يُلَازِمُ الْأَكَابِرَ الْمَوْصُوفِيْنَ بِهَذَيْنِ الْوَصْفَيْنِ
وَالِانْتِفَاعُ بِغَيْرِهِم جَائِزٌ وَعَلَيْهِ عَمَلُ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَقَدْ أَخَذَ جَمَاعَةٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ الْقُرْآنَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ أَصْغَرَ بِكَثِيرٍ مِنْ هَؤُلَاءِ وَمِنْهُمْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فَهَذَا جَائِزٌ لَكِنَّ الْأَصْلَ الْكُلِّيَّ فِي الْإِسْلَامِ تَعْظِيْمُ الأَسْلَافِ وَالْأَكَابِرِ لِلْمَعْنَى الَّذِي ذَكَرْنَاهُ مِنْ كَوْنِ الْبَرَكَةِ فِي ذَلِكَ